Rencana 7 hari ke depan
Ketika
cerdas berkata-kata
Apa
yang harus kita lakukan
Meratapi
kapas-kapas yang menyembul tiada henti
Seakan
amarah alam sangat menggebu
Yang
tak hentikan setiap luapan
Daratan
menjadi lautan yang keruh
Yang
berisikan tetesan air mata
Malam
bertambah gelap
Sementara
bisu kampung tak juga reda
Kampung
halamanku yang sebelumnya gembira
Kini
hanya tinggal tetesan air yang terus mengalir
Apakah
tuhan mulai bosan kepada kita
Yang
selalu membuatnya marah
Hingga
kapas tak juga berhenti
Ini
adalah serapah hari
Yang
membuat hati setiap orang bersedih
Tanggul-tanggul
pecah karenanya
Mulutpun
tiada henti meminta serapah bantuan
Wahai
penguasa langit
Apakah
kau mendengar suara debu mereka
Yang
meminta akan adanya matahari membumbung
Apakah
rencana tujuh hari ke depan
Kolom-kolom
ilmu telah tak terlihat
Melainkan
hanyalah atap yang tersisa
Yang
menjulang tinggalkan kenangan
Dimana
lagi tempat ku berpijak
Sementara
tanah pun tak kunjung terlihat
Bagaikan
hidup di lautan yang panas
Ketika bijak lagi berbicara kepada alam
Apa yang hendak kau sampaikan
Mencari celah di setiap alur kerinduan
Topi dasi seragam semua telah raib
Masa kecilpun hilang begitu saja
Sawah ladang raib dalam sekejap waktu
Sawah ladang raib dalam sekejap waktu
Kambing-kambing pun tak dapat mencari makan
Masih lekat dalam ingatan
Semburan itu mengawali segala kisah
Mengumpulkan segelintir orang
untuk mencari sesuap nasi
apakah kita hanya dapat merenung
dan itulah kisah tujuh hari
Semburan itu mengawali segala kisah
Mengumpulkan segelintir orang
untuk mencari sesuap nasi
apakah kita hanya dapat merenung
dan itulah kisah tujuh hari
yang
selalu membuat tetesan air mata